“DARI PEREMPUAN dan ANAK ANAK PENENUN DI PERBATASAN RI-RDTL DENGAN GELORA SEMANGAT NASIONALISME KITA WUJUDKAN MIMPI PENDIRI BANGSA INI YAKNI “INDONESIA YANG BERKEPRIBADIAN DIBIDANG KEBUDAYAAN””
***
Gelar Festival Budaya, YABIKU NTT Memberikan Ruang Partisipasi bagi perempuan dan anak termasuk para penyandang disabilitas.
Budaya membentuk dan mempertegas identitas manusia, entah sebagai individu spesifik, maupun sebagai sebuah komunitas kolektif. Namun, selain memungkinkan terjadinya perluasan dan pengayaan sudut pandang, globalisasi dapat pula menyebabkan distorsi, bias, serta mengancam keberlanjutan kebudayaan lokal, termasuk aktivitas kesenian budaya tenun ikat dan Takanab yang merupakan Tutur Adat Suku Atoin Meto.Hal ini dapat terlihat pada minat yang sangat bersifat artifisial terhadap proses dan produk tenun ikat, sikap inferior terhadap tenun ikat, dan anggapan bahwa tenun ikat tidak menjajikan secara ekonomi.
Dalam paradigma ketimuran, menenun merupakan salah satu aktivitas khas perempuan. Maka, ancaman terhadap keberlanjutan tenun ikat, secara tertentu juga merupakan ancaman terhadap identitas perempuan.
YABIKU NTT mengupayakan pelestarian tenun ikat secara berkelanjutan dengan memfokuskan intervensi dan pemberdayaan pada kelompok perempuan usia produktif dan anak-anak. Sebab YABIKU meyakini bahwa Sebagai generasi muda, perempuan usia produktif adalah jembatan tradisi, kebijaksanaan dan sejarah lintas generasi.
YABIKU NTT adalah sebuah organisasi Masyarakat Sipil yang memfokuskan pelayanan pada aspek pemberdyaan dan perlindungan hak-hak perempuan dan anak di propinsi NTT, yang memiliki Visi Besar adalah Perempuan dan anak hidup “ terhormat” , dipercayakan mengelola program FBK tahun 2021 oleh Pemerintah Repoblik Indonesia Melalui Direktorat Kebudayaan, Kementrian Pendidikan kebudayaan Riset dan Teknologi RI. Tujuan besar yang ingin dicapai yakni” Ketahanan Budaya”
Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam program ini adalah, pendampingan dan motivasi bagi penenun potensial, melalui pencerahan terkait kewirausahaan, menghasilkan hasil tenun yang berkualitas dan diminati pasar, melakukan kreasi dan inovasi pengolahan berbagai produk rumah tangga dari bahan tenun.
Serangkaian kegiatan ini berpuncak pada Festival Budaya dan Pameran hasil tenun yang diselenggarakan selama 2 hari terhitung dari tanggal 19 sampai dengan 20 November 2021 yang berlangung di gedung Alysia Jln. Sonbay kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara provinsi Nusa Tenggara Timur.
Festival ini dirancang untuk menjadi ruang ekspresi masyarakat dalam upaya pelestarian budaya tutur di Kabupaten TTU. Festival dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Timor Tengah Utara yakni Bapak. Drs. Eusebius Binsasi dan dihadiri oleh, perwakilan dari Direktorat Kebudayaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknoligi, para pimpinan OPD terkait, Pimpinan Desa dan kelurahan wilayah program FBK 2021, Para Penenun dan peserta Lomba. Dalam sambutannya Wabup TTU menegaskan bahwa: “Budaya tenun dan Sastra Lisan Atoin Meto/Takanab perlu dilestarikan bagi anak anak karena selama ini tutur adat dan tenun terkesan hanya dilakukan oleh para tua adat yang tidak lama lagi akan punah jika tidak diwariskan.”
Wabup Eusibius, memberikan apresiasi setinggi tingginya kepada YABIKU yang sudah melaksanakan kegiatan ini dan melibatkan anak anak sebagai generasi penerus untuk mewariskan budaya atoni Meto. Ucapan terima kasih juga disampaikan Wabup kepada Pemerintah RI melalui Direktorat Kebudayaan pada Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan teknologi RI. Hadir juga pada acara festival ini, pimpinan organisasi perempuan dan para budayawan di kabupaten TTU.
Festival ini, selain menggelar lomba taknab, ada pula pagelaran busana daerah oleh anak anak termasuk anak anak penyandang disabilitas serta pameran hasil tenun yang dihadiri oleh 10 kelompok penenun laki-laki, perempuan dan anak anak.
YABIKU NTT